Minggu, 26 Mei 2013

Ketika Hujan Menyapa Hatiku....

Dan Hujan

27 mei 2013 (12.21 pm)

 Aku ingin menangis dalam hujan, agar tak ada seorangpun yang tahu bahwa aku sedang menangis, agar tidak ada yang tahu bahwa hatiku sedang perih kecuali Dia, karena memang tidak ada yang mampu kututupi barang sekecil apapun dari-Nya, termasuk isi hati ini. Hujan, sudah 2 kali pagi dan siang ini aku menembus hujan, percikannya yang luar biasa seperti menampar-nampar wajahku, riak hujan pagi dan siang ini seolah berkata padaku:  ("Kau, harus bangkit Vita!, Kau Harus Semangat, Kau harus Menemukan jati dirimu, Ingat perjuanganmu, Ingat wajah ayah-ibu mu yang begitu berharap padamu, Fokus Vita pada mimpi dan cita-citamu itu, Ingat kembali Vita, Apa, bagaimana, dan untuk siapa semua pengorbanmu?").

Kau tahu kawan? Apa yang paling menyakitkan di dunia ini? yaitu, ketika kita tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya kita inginkan, apa yg sebenarnya kita butuhkan, dan apa yang membuat kita bisa bahagia dalam melakukan sesuatu. Seperti detik ini, ketika aku dulu berkata sulit bagiku untuk menulis, tapi jujur aku lepas saat melakukannya. Jika kuingat dulu, banyak hal yang kulakukan tanpa kutahu apa aku menikmatinya atau tidak? Terlalu disayangkan, bila banyak peristiwa yang harus kulalui begitu saja tanpa makna dan tanpa hati.

Lalu apa sebenarnya yang aku inginkan?
Pertanyaan ini kembali berputar-putar di otakku, saat kembali menghadapi kenyataan bahwa hari jum'at depan adalah saatnya bagi mahasiswa semester 6 untuk mengumpulkan peminatan sebagai dasar dalam pembuatan skripsi.  Memang, peminatan tidak terlalu banyak pengaruhya dengan pekerjaan nanti. Tapi tetap saja aku bingung untuk memilih. Pada siapa aku harus mengadu? Ketika semua orang tidak tahu bagaimana isi hatiku? Dan bahkan, aku pun masih bertanya pada hatiku apa yang sebenarnya aku inginkan. Rintik-rintik  hujan yang masih terdengar di balik jendala seolah kembali berbisik lembut padaku:
Sudakah engkau bertanya pada-Nya? Dalam hati aku menjawab dan kali ini kujawab sekenanya dengan sisa kejujuran yang ada, Aku belum sepenuhnya bertanya pada-Nya. Lalu hujan itu kembali bertanya bertubi-tubi padaku:
Benarkah engkau sudah meletakkan Dia diatas segala-galanya? Apa engkau tak lebih dari seorang yang munafik? Apa yang kau cari nak, apa? Aku sedih melihatmu dan hujan ini adalah kesedihanku. Aku sedih karena ternyata kau jauh dari-Nya, hatimu jauh dari-Nya. Sudahkah kau selalu mengingat-Nya? Sudahkah kau bersyukur setiap saat pada-Nya?  Benarkah tangismu untuk-Nya? Lihat kembali kedalam hatimu nak, belum terlambat sungguh belum terlambat, tata-lah hatimu nak, temukan Dia dalam setiap langkah hidupmu, maka kau akan temui dirimu dalam kemantapan hati yang sesungguhnya. Bukan sekadar peminatan, tapi jalan hidupmu, kau masih ingat kan kata penulis itu bahwa keshalihan adalah seseorang yang melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya serta tahu bahwa apapun yang ia lakukan semata-mata untk beribadah padaNya.
Ingatlah setiap Nikmat-Nya dena n penuh kesyukuran maka niscaya langkahmu akan sangat ringan untuk kembali menata hati yang mulai goyah ini.

Ya Rabb,
Ku temukan diri ini dalam kebingungan yang nyata
Sungguh aku tahu apa yang menjadi penyebab-Nya
Karena hati ini mungkin saja sedang lapuk dan jauh dariMu

Ya Rabb, 
Bukakanlah hati ini, berikanlah hamba hidayahMu ya Rabb
Hamba tidak ingin apa yang hamba lakukan menjadi sia-sia
Hamba ingin menjadi orang yang mudah mengingatmu, ikhlas dalam mencintai-Mu dan menapaki setiap jalan hidup yang telah Engkau tetapkan atasku dengan penuh keikhlasan

Ya Rabb,
Liputilah hamba hanya dengan cinta-Mu dan berikanlah petunjuk apa yang yang terbaik untuk hamba
untuk setiap hal dalam hidup hamba, hamba ingin agar Engkaulah satu-satunya yang menjadi alasan ketika hamba harus memilih dan melakukan apapun dalam hidup ini

Ya Rabb,
Aku ingin mencintai-Mu, walau tak sempurna seperti kecintaan-Mu pada setiap hamba-Mu
walau terkadang aku tertatih namun aku akan terus berusaha untuk mencintai-Mu, ya aku akan terus berusaha semampuku....... T.T

Kata Bang Tere Liye, Fiksi Tetaplah Fiksi.....

Dinner Bareng Tere Liye

Jum'at, 24 mei 2013 (20.00 pm di salah satu rumah makan di Surabaya)

Malam itu adalah salah satu momen yang istimewa dan menyenangkan, bagaimana tidak perjuangan 3 bulan untuk menghadirkan pembicara ini sungguh sesuatu, well pada bagian ini saya gak mau bahas banyak tentang perjuangan 3 bulan itu,  nanti saja dibagian lain akan saya ceritakan panjang lebar.

Disini, ijinkan saya menceritakan salah satu momen spesial itu, saya dan ketiga teman saya yang tergabung dalam SC salahdalam satu event yang mendatangkan pembicara yang tulisan2x sedang digandrungi anak muda saat ini. Yupz, saya dan ketiga teman saya berkesempatan makan malam bersama sekaligus ngobrol secara langsung dengan bang Darwis Tere Liye. Udah pada tau kan? itu loh penulis tenar yg luar biasa banyak fans2x, bagaimana tidak bapak yang satu ini pandai mengocok-ngocok perasaan dengan tulisan-tulisan romansanya tapi juga penuh hikmah itu, 3 dari tulisan2 beliau bahkan sudah  di layar lebarkan. Istimewa, koq bisa ? Emang sih gak semeja sama pak presiden atau semeja sama suami, yang tentunya lebih spesial (uupss!!!). Tapi semeja sama orang yang tulisan2x menginspirasi juga momen yang gak boleh dilewatkan tuh........ :)

Suasana malam itu benar-benar hangat, bang Tere begitu sapaan akrabnya ternyata sangat bersahaja dan santai banget orangnya. Mudah akrab dan terlibatlah kami dalam percakapan ringan namun cukup memberikan makna mulai dari perkenalan masing-masing, asal daerah, sanpai alasan mengundang bang Tere dalam acara kami, dll.  Ne, beberapa gambaran percakapan yang saya ingat. Menurut beliau kita tidak boleh terlalu menganggap spesial orang hanya karena tulisan2x (dengan kata lain bapaknya mau bilang, beliau juga orang biasa, jadi biasa saja ). Menulis itu adalah sebuah passion, beliau juga bertanya apa ada yg bercita-cita menjadi dosen? Kemampuan menulis adalah sangatpenting jika ingin menjadi dosen, tak jadi dosen pun kita harus suka menulis, menulis apa saja, dari itu belajarlah untuk menulis walau sekadar nulis status atau curhatan di blog..:).
Penasaran dengan tulisan2 beliau, saya pun memberanikan diri bertanya:
Saya: Bang, kisah Hesti dan Tigor dalam "Sepotong Hati Yang Baru" itu kisah nyata atau bukan bang? (kisah Hesti dan Tigor buat saya termehek-mehek saat pertama kali membacanya atau memang dasar saya suka kisah yg menyayat hati dan menyentuh, tak sadar tau2 sudah basah saja pipi saat baca2 kisah seperti itu, Itulah saya... :)
Tere Liye:  Fiksi....