Selasa, 27 Agustus 2013

Lagi-Lagi Rebutan....(Edisi Para Ponakan)

*INTERMEZZO*



Jadi ceritanya dimulai dari siang tadi pas datang ke undangan pernikahan di dusun sebelah, sengaja gantiin mama untuk datang ke undangan tersebut karena beliau sedang sowan ke luar kota. Setiap tempat memiliki kultur tersendiri, termasuk pesta pernikahan seperti ini. Salah satunya di daerah saya yakni pulau Madura, khususnya di wilayah Pedesaannya memiliki tradisi pesta pernikahan yang menurut saya cukup unik. Sebenarnya, dari segi kostum tidak jauh berbeda dengan adat Jawa, maklum lah ya kan masih tetangga, jadi satu malah setelah ada Jembatan Suramadu...hehe. Begitupun dengan konsep umum acara pesta pernikahan di bebagai wilayah yang kurang lebih: Datang-Salaman-ngasih "amplop"-makan2 sambil nikmatin hiburan dan melihat kedua mempelai di pelaminan-Salaman lagi-Pulang, kurang lebih masih tetap sama. Namun, ada 3 hal dari pesta pernikahan di Madura yang cukup menarik perhatian saya. 1). Cara ngundangnya, yupz ini nih salah satu penyebab kenapa koq tiba-tiba banyak sabun mandi di rumah. Jadi, pada sebagian orang punya kebiasaan membuat panitia para penyebar undangan pernikahan. Tugas panitia ini adalah menyebar undangan berupa sabun mandi, dulu juga pernah sebungkus rokok tapi sekarang sudah jarang digunakan sebagai undangan karena harganya yang cukup mahal, alhamdulillah banget deh untuk yang satu ini. Undangan berupa sabun mandi ini kemudian disebarkan sebanyak-banyaknya bahkan pada orang yang tidak kenal sama sekali,  yang penting ada salah satu tetangga yang dikenal jadilah undangan itu tersebarkan ke banyak orang. Makin banyak undangan yang tersebar makin baik, begitu deh kira-kira tujuan panitia penyebar undangan ini. 2). Tradisi balas-balasan, ini merupakan kelanjutan dari yang pertama kenapa koq sampai nyebar undangan segitu banyakanya. Biasanya saat acara, juga ada panitia pencatat amplop yang bertugas merekapitulasi nama si pemberi amlop-alamat-dan nominalnya. Tujuannya, saat orang yang di catat ini kelak juga akan memngadakan pesta pernikahan, maka nanti tuan rumah yang saat ini wajib untuk memberi "amplop" dengan nominal yang minimal sama. Selain itu, banyaknya kue "Asa'an" yaitu kue yang diberikan pada para tamu sebanding dengan banyaknya nominal yang diberikan. 3). Acara bisa seharian penuh, jadi pesta pernikahannya biasa dilaksanakan dari jam 08.00-16.00, wow kebayang lah ya gimana sibuknya panitia alias kerabat2 yang mempersiapkan suguhan untuk para tamu undangan. Ada beberapa tips ne, yg bisa dilakukan saat jamuan makannya jangan lupa untuk membawa: Hand sanitizer sendiri, tissue, dan air mineral jika kamu masih belum terbiasa dengan kultur disana. Kalau saya sih, meski ribet lebih suka bawa sendiri..hehe.
Walau bagaimanapun kultur pestanya semoga tidak menghilangkan esensi dan tujuan dari pernikahan itu sendiri, BarakAllah.. :)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well, cerita ditatas hanya intermezzo. Cerita sebenarnya ketika saya berniat membelikan sebuah balon mainan yang dijual di sekitar area pesta pernikahan itu. "Dimana ada gula di situ ada semut", dimana ada keramaian pasti banyak pedagang...Nyambung kan ya? hehe. Senang sekali rasanya membayangkan wajah ceria ponakan saya yg teramat menggemaskan saat membawakan balon untuknya. Maka, saya pun segera membelikannya sebuah balon berwarna merah jambu berstiker boneka lucu. Saat balon itu sudah di tangan dan perjalanan pulang ke rumah, saya teringat kalau di rumah juga ada ponakan yg lain alias anak dari mbak sepupu saya yang sedang main ke rumah. Saya sudah khawatir setelah ini pasti akan ada perang tangis dan teriakan. Wah, benar saja setelah sampai di rumah saya sudah disambut oleh ponakan saya yg teramat menggemaskan itu, Annada namanya. Dan dia langsung menyambar balon yang ada di tangan saya, dengan senangnya ia pamer balonnya pada ponakan saya yang lain " Aisyah". Belum sampai 2 menit, terjadilah aksi saling berebut balon hingga suara tangis dan teriakan pun membahana. Aisyah yang berumur 3 tahun dan Annada yg baru berusia 20 bulan sama-sama bersikukuh memperebutkan balon, sampai akhirnya keduanya dipisahkan dan dialihkan pada hal lain. Karena Annada masih kecil, mudah saja dia lupa pada balonnya dan ngajak bermain air, untuk sementara waktu balon dipinjam oleh Aisyah. Cerita selesai dan kondisi sudah tenang lagi.

Eitss....ceritanya gak berhenti disini aja, sore harinya episode "Lagi-lagi Rebutan" part.2 terjadi lagi kali ini nambah pemain yakni Yusuf yg berusia 5 tahun (kakak Annada) Vs Annada. Temanya kali ini adalah berebut "Ibunda" alias mbak saya sendiri. Yusuf yang sedang sakit minta dipangku sama bundanya, Annada yang tiba-tiba datang tidak mau kalah sama Yusuf, alhasil terjadilah perebutan bunda. Yusuf pun walau sudah lebih besar dari Annada tetap tidak mau mengalah karena dia memang sediikit manja dan apalagi dalam kondisi sakit seperti sekarang ini. Ketebak gak apa yang terjadi selanjutnya? Yupzz, lagi2 tangis dan teriakan. Akhirnya keduanya berhasil dilerai dan Yusuf pun mau sedikit mengalah. #Hufft
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari kisah tadi pastilah ada hikmanya, semoga pembaca yang budiman juga bisa mengambil hikmahnya yah.. :)

Menangis, berebut mainan, dsb  adalah karakter dasar dari anak kecil. Disinilah peran penting orang tua, orang tua harus mampu memahami psikologi anak dan mendidiknya sebaik mungkin. Orang tua harus mengarahkan anak-anak mereka unttuk memperoleh pemahaman yang baik terkait hakikat saling berbagi dan karakter2 baik lainnya alias berakhlaqul karimah. Bukan perkara yg mudah memang  dan sekaligus  tidak sulit untuk dicoba agar bisa mendidik anak dengan baik, apalagi cinta pada Al-Qur'an shg bisa berakhlaq Al-Qur'an. Yang dibutuhkan hanya 3 hal yakni niat yang tulus karena Allah, komitmen alias keistiqomahan dari kedua orang tua dan do'a tentunya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

However, saya teramat sayang sama semua ponakan-ponakan saya karena mereka-lah penghibur saya saat sedang jenuh di rumah. Lain kali saya ceritakan detail tentang mereka semua, di sesi yang lain.

Ini nih beberapa foto mereka kalau lagi akur, semoga akur terus yaa..Aamiin
Love them so much :*)
Annada dan Yusuf
Annada dan Aisyah

Cium sayang dedek Annada yah... :)

Senyum manis ya sayang.... :)
                                      

Senin, 12 Agustus 2013

Namaku Felani (Mozaik 1)

Matahari bersinar begitu mesranya, tetes-tetes embun yang membasahi jalan setapak sawah terasa menyegarkan, capung beraneka warna menari bebas diantara tanaman padi yang menghijau, asap yang mengepul dari sisa pembakaran sekam padi yang baru saja dipanen oleh pemiliknya, riuh-rendah bunyi kokok ayam, kiranya begitu yang bisa menggambarkan suasana di pedasaan, ya aroma khas di kampung halamanku. Di salah satu pulau yang teramat istimewa, karena kekhasan budaya dan kearifan lokal penduduknya. Tak perlu kusebutkan dimana lokasi tepatnya aku tinggal, yang jelas kau pasti tahu jika kubocorkan sedikit saja clue-nya, pulau dengan eksotika luar biasa, bahasa dan logatnya sangat khas,  pulau penghasil garam, ajang karapan sapi, pulau dengan jembatan terpanjang se Asia Tenggara. Aku yakin, sekarang kau pasti sudah tahu pulau apa yang ku maksud. Namaku Felani, aku anak kedua dari dua bersaudara, usiaku sudah 21 tahun, baru saja berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, well sekarang aku sedang menikmati liburan panjang semester genap sekaligus liburan hari raya idul fitri yang sudah memasuki H+7. Liburan selalu saja menjadi momen yang menyenangkan sekaligus membosankan. Menyenangkan karena bisa sedikit istirahat dari aktivitas perkuliahan, tugas, dan organisasi intra kampus di Surabaya sekaligus bisa melepas kerinduan dengan orang-orang tercinta di kampung Halaman dan tentu saja menikmati aroma khas pedesaan yang tak akan mungkin kurasakan saat kembali ke kota rantauan tempatku belajar, Surabaya. 
Sedikit membosankan kerap kali aku rasakan, karena seharian penuh di rumah  tidak ada aktivitas sama sekali, ribet nge-baby sit ponakan, dan tentu saja terpaku menatap laptop untuk sekadar mengecek nilai ujian yang mungkin saja muncul di web kampus, atau mengecek sosial media untuk mengetahui kabar perkembangan di luar sana, ya internet, tiada hari tanpa berselancar di dunia maya. Sebenarnya tidak bosan-bosan amat, hanya saja sudah mulai merindukan kampus. Ah, rindu kampus..masa sih? Dasar memang mahasiswa, kalau sudah di kampus rindu kampung halaman, tapi jika sudah di kampung halaman ngotot rindu kampus. Mungkin jika ada,  pintu ajaib Doraemon menjadi barang yang paling banyak dicari dan dan di beli oleh mahasiswa..hihi. 
"An, Aan, dimana kamu An?" suara si emak mengagetkan aku yang terpaku di depan laptop. "iyaa, mak. kenapa?. jawab aku sambil tergopoh-gopoh. Aan, adalah nama kecilku di kampung halaman, jadi jangan heran jika hendak mencariku saat di kampung halaman, jangan pernah coba bertanya yang namanya Felani , Fela atau Fe seperti panggilan teman-temanku di kampus. Karena dijamin orang sekampung pasti kebingungan dan ujung-ujungnya kau pasti di kira salah alamat. Tanya saja Aan putri pak Rahmat dan  bu Rodiyah, maka kau pasti akan diantarkan tepat di depan pintu rumahku. 
"An, emak mau menggiling padi ke sellip bu Nasar, mbakmu sudah berangkat kerja tadi pagi, titip si kecil Salsa ya, Jangan di buat nangis atau jatuh ya?" pinta emak padaku. "Iya emak, jangan lama-lama ya." Kataku memyanggupi perintah emak untuk menjaga ponakanku tersayang dk Salsa. Salsa, balita lucu-cerdas-nan menggemaskan yang baru berumur 20 bulan ini, menjadi salah satu orang yang paling kurindukan saat di Surabaya. Di usianya yang akan memasuki angka 2 tahun ini, kemampuan motorik-nya luar biasa berkembang sampai bisa di bilang balita super hiperaktif. Bagaimana tidak dalam sehari 24 jam, hampir setengah dari waktu efektifnya digunakan untuk bermain, berlari, naik-turun kursi, melompat, kadang juga berteriak sambil menangis jika keinginannya tidak terpenuhi. Kosa katanya pun juga sudah banyak, pandai menirukan kata-kata orang lain. Tapi, aku kira perkembangan dk Salsa itu wajar dan memang sudah sebagaimana mestinya seperti yang dijelaskan dalam satu modul perkuliahan materi kuliah gizi yang berjudul " Pertumbuhan dan perkembangan anak". Jadi, dek Salsa tergolong balita yang pertumbuhannya baik. Atau dalam psikologi anak juga dikenal sebagai the golden period of age 2
Aku jadi ngebayangin, andai saja di usia emasnya ini dk Salsa bisa diarahkan dan didik untuk melakukan hal-hal yang baik, pasti akan menjadi bekal yang baik untuk karakternya di masa depan. Aku pun tidak bisa berperan banyak. Peran pembentukan karakter terutama ada pada si ibu. Tapi, sayang si ibu Salsa alias mbakku sibuk bekerja, jadi praktis pengasuhan sepenuhnya di waktu pagi sampai sore hari ada di tangan emakku. Sedangkan mbakku hanya sore saja menjaga anaknya, selebihnya saat malam pun dk Salsa tidur sama emakku. Jadi, dek Salsa berkembang sebagaimana lingkungan dan karakter orang-orang disekitarnya. Kadang Embahku juga ikut-ikutan bantuin jaga dk Salsa. Nah, kalau libur kuliah gini apalagi liburan panjang, saat pulang ke kampung Halaman aku lah yang kebagian membantu emak untuk menjaga dk Salsa. Mulai dari memandikan, menyuapi makanan, menemani bermain, menidurkan, sampai terbangun dan bermain lagi. Persis baby sitter, tak apalah sekalian kursus gratis menjadi ibu..hehe. 

Unnie,(korea. red) adalah panggilan sayangku untuk dk Salsa, aku sayang banget sama dia sama seperti rasa sayangku sdengan Oppa ( korea.red) Akbar, kakak dari Salsa yang berumur 5 tahun. Bagaimana pun aku sayang banget sama kedua ponakanku ini, karena mereka-lah temanku berlibur saat di kampung halaman. Jujur saja, aku tak terlalu paham psikologi anak, aku pun tak pernah ikut macam seminar parenting atau apalah, jadi saat menjaga dk Salsa aku hanya bisa bersabar dan mengajarinya kebaikan semampu yang aku bisa. Walau sebenarrnya, aku juga tipe tante yang kurang telaten dan sedikit jahil. Misalnya, dk Salsa suka sekali bermain petak umpet? Well,  ini aku juga yang mengajarinya. Kalau sedang berpetak umpet gini, biasanya aku suka ngumpet yang agak susah untuk dicari, seneng pas lihat dk Salsa kebingungan  saat mencari aku.  What? iya...hehe. Dari sekian orang di kampungku yang memanggilku Fela ya hanya dk Salsa ini, maklumlah aku sendiri yang mengajarinya. Walau agak cadel bicaranya " Tanto Pela ( Tante Fela. Red)", ya begitulah dk Salsa kecil ini memanggilku.
                                                                   
                                                             --***--