Assalamu’alaykum
Wr. Wb
Apa
kabar halaman blog-ku? Semoga kau tak berdebu apalagi usang termakan waktu,
karena aku jarang menjumpaimu dan berceloteh padamu tentang apa saja, ah tapi
kau masih sama menjadi halaman terbaik untuk membagi semua kisah-kisahku.
Sebetulnya, banyak banget loh kisah yg belum aku bagi sama kamu di penghujung
2014 kemarin seperti: momen wisuda, menariknya jadi surveyor (ntar aku buat
tulisan sendiri deh judulnya “survivor of surveyor”..hehe), sampai yang terbaru
kisah Vii jadi sekretaris di klinik, ah a bunch of stories lah pokoknya, ntar
aku bagi deh disini, tapi kali ini Vii lagi pengen nulis tema sensitive yes,
about love and marriage… #upss
Vii
lagi gak galau ya blog, cuma galau banget..hehe, ah ngak2 becanda koq. cuma
pengen nulis yang beda aja, kali ini kamu pasti protes my blog (kalau bisa ngomong
pasti kamu bakal ngomong gini, “apanya vii pengen nulis yang beda, kayaknya
kamu udah keseringan deh nulis tema2 gini). Ahaha, sabar ya my dear blog…. :P
Kembali
ke tema, “Menikah: Bukan Persoalan Cinta”. Percaya atau tidak sebetulnya tidak
ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara jatuh cinta dan menikah
(serius Vii???, udah dibuktikan dengan statistik belum?, pake uji apa? Chi-square atau spearman atau Pearson?
Signifikan pada alfa berapa?.. hehe kayak skripsi aja J..well,
walaupun mungkin belum ada penelitian ilmiah tentang hubungan antara jatuh
cinta dan menikah, I just wanna declare my self kalau yang namanya menikah itu,
gak perlu koq harus jatuh cinta dulu sebelumnya, lalu melewati serangkaian pacaran
yang katanya sih ajang “ta’aruf” tapi lama bangett sampe bertahun-tahun, #upss
sampai akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah (tengok, kanan-kiri, takut
ada yg lempar sandal gara2 Vii nulis gini, but well Vii gak lagi nyinggung
siapa2 ya, tapi kalo ada yang tersinggung maaf deh #eh, tulisan ini cuma murni
buat NGINGETIN DIRI aja biar gak galau masalah cinta dan biar bisa tetap komitmen
utk menjaga prinsip karena-Nya…aamiin). Prinsip apaan Vii? Ya, itu tuh jadi
mawar berduri, tapi gak untuk melukai loh ya…hehe #LOL
Walaupun
kenyataannya nih blog, gak dapat dipungkiri cinta kebanyakan menjadi alasan
orang untuk menikah, ya gpp sih gak ada yg salah sama yang namanya cinta, kan
fitrah selama masih dalam batas-batas dan gak melanggar koridor-Nya, malah
bagus dong kalo akhirnya bisa menikah sama yang dicintai dan dirindui selama
ini, like a medicine to cure hurt kan alias kayak obat bagi yang lagi “sakit”
karena cinta…#aish2, curhat bu’??
Nah,
ini justru yang menjadi problematika saat ini, kadang msih kabur loh antara
cinta atau sekedar nafsu sehingga fenomena2 kayak pacaran baik yang nyata
maupun “terselubung” mengatasnamakan “ta’aruf” masih kerap terjadi, yups
ber-sms-an atau ber-chatting ria padahal gak ada kepentingan syar’i T.T apalagi
pelakunya loh nyadar kalau itu berpotensi penyakit hati. (Istighfar ukh,
istighfar). Selain itu, cobaan cinta dalam diam juga tak kalah hebat
menyakitkannya, gak ada yg ngerti, gak ada yang tau, tak terbaca, tak
tersampaikan kadang bisanya cuma nangis2 sendiri tapi gak sampai #nyakar2
tembok loh ya, #alaay kumaat…:P apalagi kalo si dia akhirnya malah nikah sama
orang lain, padahal yg selama ini jelas2 ngarep.com dan usaha diam2 kita.. #loh
koq?? maksudnya stalking dan kepo di sosmednya, haha dasaar. Terus tahu
kenyataan dia nikah sama orang lain pada sedih tuh sampai guling2 di kasur
#lanjut tidur maksudnya, haha. Hayoo ada yang ngerasa?? Atau yang nulis juga
ngerasa? Ah, enggak ya… enggak salah maksudnya.. #just kidding..hehe :P
Well2,
back to the theme… nah itu dia sekali lagi, gak ada yang salah dengan yang
namanya mencintai hanya kita perlu berjalan dalam koridor-Nya dan cintailah
atau bencilah sewajarnya saja, seperti kata sayyidini Ali Bin Abi Thalib kan,
jadi gak perlu tuh acara sakit hati yang berlebihan apalagi nangis sampai air
matanya se-ember gara2 gak jadi nikah sama dia, maklum namanya juga belum
berjodoh dan bukan dia yg tertulis di lauh mahfudz, terus siapa? Tau dah..
sabar aja dah jeung :P. well, dalam fase ini justru ada hikmahnya karena kita
belajar untuk merelakan dan mengikhlaskan, bahwa segala sesuatu adalah
milik-Nya… J
Sekali
lagi, menikah itu bukan persoalan cinta tapi soal memantaskan diri, bukan pula
persoalan siapa dia tapi persoalan bagaimana dia. Menikah juga bukan persoalan you are belong to me atau i am belong to
you, tapi persoalan membangun peradaban untuk mencetak generasi-generasi
yang akan memberatkan bumi dengan kalimatullah. So, dalam masa “masih” sendiri
gak usah deh galau2 apalagi meratap-ratap hanya karena persoalan cinta, yang
terpenting sekarang lakukan yang terbaik apa yang bisa kamu lakukan,
bahagiain-nyenengin alias berbakti pada ibu-bapak dulu, jadilah yang sholihah
untuk mereka (red: birrul walidain) sebelum sholihah untuk yang lain.. #upss
(Ingat BAPAK, jadi ingat rencana S2… SEJAUH apakah persiapan saya atau belum
sama sekali karena masih ke-ENAK-an kerja…haha #ntar, bahas di tema lain ya
ciin)
EPILOG
Karena
menikah sekali lagi bukan persoalan cinta, maka upaya untuk menyongsongnya
hanya perlu dengan pemahaman dan kesiapan.. Pemahaman bahwa menikah adalah
perkara ibadah, maka ia perlu dipersiapkan dengan ilmu, niat yang suci lillahi
ta’ala, dan tentu saja kesiapan mental, fisik serta satu hal yang harus diingat
bahwa pernikahan itu suci maka prosesnya juga harus se-suci itu J
Sebagai
seorang cewek, wanita, muslimah atau akhwat ikhtiar kita dalam menjemput jodoh
sederhana saja koq cukup Sabar-berdoa “minta sama Yang Maha Kuasa” dan
senantiasa memperbaiki diri karena-NYA bukan karena jodoh…#hati2 niatnya, haha
Dear
my lovely blog, udah dulu ya besok masuk kerja nih, ntar kapan2 tak nulis alias
curcol lagi disini...
Buat
teman2 yang baca, boleh ninggalin komen ya…hehe J
Thx
u… Wassalamu’alaykum Wr. Wb